Homage to TK Kembang
Saya masih ingat hari pertama menjejakkan kaki di TK
Kembang, Kemang.
Dengan gaun kuning bunga-bunga putih, Camilla yang berumur 4
tahun melangkah riang memasuki dunia baru yang dibatasi oleh pagar kawat
kotak-kotak dengan sisi atas bercat merah. Pagar itu sedikit lebih tinggi
dariku. Mama menggandeng tanganku melewati pagar itu, seorang ibu guru
berpakaian warna putih menyambut para murid di balik pagar dengan senyum lebar “Selamat
Pagi”. Aku membalas sapaannya, walau pikiranku lebih terpukau oleh pemandangan terhampar
yang sangat mempesona; kolam pasir dengan rumah-rumahan panggung kecil
ditengahnya – pintunya adalah perosotan yang menuju gundukan pasir, sepeda-sepeda
roda tiga terparkir bebas di arena bermain, ayunan kayu, ayunan ban, pojok
melukis dengan kertas dan cat warna di easel, Rumah Pohon dan anak-anak sebaya
berlarian. Senang, ingin tahu, ingin coba dan sedikit bingung – berbagai perasaan
bercampur aduk.
Tangan kiriku menggenggam erat tas Hello Kity merah berbentuk
bis sekolah – yang berisi bekal makanan dan minuman. Kelasku adalah kelas
pertama disebelah kiri, terdekat dengan gerbang. Kelasnya terbuka, temboknya
hanya setinggi anak-anak sebayaku dan ada 3 anak tangga menuju kelasnya.
Dibagian kanan terletak ‘loker’ kecil untuk menaruh tas murid. Aku melihat ada tas
yang sama persis denganku, pemiliknya seorang anak Jepang –populasi murid yang
lumayan banyak disini.
Meski hanya seminggu dua kali, sekolah ini sangat kutunggu-tunggu. Aku sangan menikmati kegiatan pagi seperti bikin kue yang akan dimakan saat makan siang, menyanyi sebelum makan, melukis di kanvas-kanvas yang tersebar di arena bermain dan jam makan ketika aku suka melongok bekal anak-anak Jepang yang selalu Nampak lebih menarik dari makanan ku. Mereka makan dengan sumpit dan selalu ada potongan buah. Dan selalu membawa saputangan yang dikaitkan dengan selempang karet. Pada satu ketika, saya ingin meniru ‘fashion statement’ ini dan membuat ‘selampe’ versi saya – dengan tali jubah handuk untuk berenang. Warnanya merah. Berasa gaya gitu.
Meski hanya seminggu dua kali, sekolah ini sangat kutunggu-tunggu. Aku sangan menikmati kegiatan pagi seperti bikin kue yang akan dimakan saat makan siang, menyanyi sebelum makan, melukis di kanvas-kanvas yang tersebar di arena bermain dan jam makan ketika aku suka melongok bekal anak-anak Jepang yang selalu Nampak lebih menarik dari makanan ku. Mereka makan dengan sumpit dan selalu ada potongan buah. Dan selalu membawa saputangan yang dikaitkan dengan selempang karet. Pada satu ketika, saya ingin meniru ‘fashion statement’ ini dan membuat ‘selampe’ versi saya – dengan tali jubah handuk untuk berenang. Warnanya merah. Berasa gaya gitu.
Pengalaman setahun di TK Kembang sungguh tak terlupakan –
hingga sekarang. Suka mendengar dongeng-dongeng dari Manca Negara yang
diterjemahkan langsung oleh guru-gurunya untuk murid asing. Dan saya belajar
bahwa ibu-ibu Jepang itu sangat ‘profesional’. Rambut anak-anak Jepang selalu
dikepang atau dikuncir unik dengan karet-karet bergambar Sanrio, tas sekolah
anak Jepang bagus-bagus gambarnya dan bekal mereka sangat lengkap dan tampak
enak – SETIAP HARI.
Ketika TK Kembang membeli trampoline raksasa, membuat heboh
satu sekolah dan ia menjadi mainan terpopukler dengan antrian yang panjang. Aku
tak lagi keberatan bila terlambat dijemput karena berarti bisa main trampoline lebih
lama.
27 Agustus 2017 - 32 tahun
setelah lulus dari TK Kembang